KEGIATAN Tasmi’ Al-Qur’an yang digelar di kampus STIE Hidayatullah Depok menjadi salah satu program unggulan yang tidak hanya mendekatkan mahasiswa kepada Al-Qur’an secara tilawah dan hafalan, tetapi juga menjadi sarana pembentukan karakter dan disiplin spiritual dalam bingkai kehidupan mahasiswa boarding.
Diselenggarakan secara berkala dan melibatkan seluruh mahasiswa program boarding, Tasmi’ Al-Qur’an ini bukan sekadar formalitas seremonial. Ia adalah refleksi dari semangat ilmiah yang berakar kuat pada nilai-nilai ruhiyah.
Para mahasiswa diminta menyetorkan hafalan mereka secara terbuka di hadapan para asatidz dan rekan sejawat.
Kegiatan ini tidak hanya melatih keberanian dan kepercayaan diri, tetapi juga menjaga konsistensi dalam menghafal Al-Qur’an secara berkelanjutan.
Menurut pembimbing kegiatan ini, Ustadz Hendri Abdul Aziz, Lc, S.Pd.I., Tasmi’ merupakan ruang penyucian jiwa di tengah penempaan akademik.
“Tasmi’ bukan hanya sekadar uji hafalan, tapi juga proses memperdalam keterikatan ruhani mahasiswa dengan Kalamullah. Ia mendidik kejujuran, kesabaran, dan ketekunan. Ini adalah bagian dari integrasi pendidikan berbasis wahyu yang menjadi ciri khas STIE Hidayatullah,” katanya.
Lebih lanjut, Ustadz Hendri menekankan bahwa program ini adalah bagian dari kurikulum pembinaan mahasiswa yang ingin mencetak lulusan dengan kompetensi spiritual dan intelektual secara simultan.
“Kita ingin para mahasiswa tidak hanya cakap dalam teori ekonomi Islam atau manajemen syariah, tapi juga berjiwa Qur’ani yang kokoh. Karena pada akhirnya, keberhasilan seorang sarjana Muslim tidak hanya diukur dari IPK, tapi juga dari kemampuannya menjaga integritas dan orientasi hidup dalam nilai-nilai wahyu,” katanya.
Kegiatan Tasmi’ yang terakhir digelar pada akhir pekan ini, Jum’at (26/6/2025) berlangsung khidmat. Suasana hening menyelimuti aula utama kampus ketika satu per satu mahasiswa menyetorkan hafalan mereka.
Di antara peserta yang tampil adalah Muhammad Nurul Iman, yang menuturkan pengalamannya dengan penuh semangat:
“Kita diuji bukan hanya sejauh mana hafalan kita kuat, tapi juga seberapa dalam kita memahami pesan-pesan Allah,” katanya.
Senada dengan itu, Abiyu Rafi Ilham mengungkapkan bahwa proses persiapan Tasmi’ mengajarkannya pentingnya manajemen waktu dan disiplin pribadi.
“Saya harus bisa membagi waktu antara kuliah, tugas akademik, dan muroja’ah. Tapi justru di situlah letak keberkahan. Kita dilatih fokus, sabar, dan tidak cepat menyerah,” ujarnya.
Sementara itu, Achmad Faisyal, mahasiswa boarding lainnya, menambahkan bahwa Tasmi’ memberikan ketenangan batin yang tidak tergantikan.
“Ketika saya sedang stres menghadapi tugas akhir, muroja’ah hafalan menjadi penyejuk hati. Rasanya seperti mendapat suplai energi dari dalam,” tuturnya.
Program ini juga didukung oleh sistem mentoring intensif dan pembinaan personal, di mana setiap mahasiswa mendapatkan pendampingan dari ustadz pembimbing untuk memastikan kualitas hafalan dan kedalaman pemahaman terhadap isi Al-Qur’an.
Tidak heran jika atmosfer akademik di lingkungan boarding STIE Hidayatullah tidak hanya sarat dengan diskusi keilmuan, tetapi juga ditandai dengan semangat tahfizh, tazkiyah, dan tadabbur.
Tasmi’ Al-Qur’an menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi berbasis nilai-nilai Islam sejatinya bukan hanya tentang transfer of knowledge, tetapi juga pembinaan akhlak, pembentukan identitas, dan penguatan misi hidup.
Di tengah era digital yang penuh distraksi, mahasiswa STIE Hidayatullah tetap digembleng untuk menjadi generasi yang dekat dengan Al-Qur’an dan hidup dalam naungannya.*/