Alhamdulillah, tahun 2016 ini kampus Sekokah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIEHID) Kota Depok kembali menggelar kegiatan Orientasi Pendidikan dan Pengenalan Kampus atau Ordik untuk mahasiswa baru.
Ordik ini diikuti sebanyak 40 orang mahasiswa baru yang dikoordinasi di bawah bagian kemahasiswaan STIEHID bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Kepala Bagian Kemahasiswan STIE Hidayatullah, Suheri Abdullah, MM, menjelaskan Ordik yang diselenggarakan STIE Hidayatullah merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya dalam rangka mengantar para mahasiswa baru mengenal lingkungan kampus dan lebih jauh memahami kultur akademis yang berlangsung di dalamnya.
Suheri menyebutkan, dalam rangka memaksimalkan kegiatan Ordik ini dalam rangka melahirkan mahasiswa intelektual ideologis, STIE Hidayatullah berkomitmen menerapkan rangkaian prosesi pembinaan dan pengenalan ini dengan tradisi Asah, Asih, dan Asuh. Atau, disingkat 3A.
Asah, kata Suheri, adalah rangkaian Ordik yang selalu mengedepankan semangat menggugu. Dalam artian, menggugu demi menggali minat dan kompetensi mahasiswa agar mereka terus mengasah minatnya tersebut agar dapat bermanfaat luas bagi masyarakat.
Kemudian, Asih. Yakni aktualisasi Ordik yang merangkul penuh persaudaraan. Bukan memukul. Umumnya kampus menerapkan ospek yang terkadang berlebihan yang dapat saja merusak tatanan sosial yang ada. Hal itu tentu saja tidak tepat.
IMG-20160825-WA016“Ordik yang baik adalah mengedepankan sikap asih, bagaimana mahasiswa baru ini merasa dihargai sebagai bagian dari civitas kampus yang diharapkan perannya untuk bangsa di masa mendatang. Kami percaya bahwa dengan budaya asih akan melahirkan kontribusi yang bahkan tampa pamrih dari alumni,” jelas Suheri.
Selanjutnya, lanjut Suheri, Ordik harus pula menerapkan nilai-nilai asuh atau kepengasuhan. Kepengasuhan, kata Suhari, bukan berarti menjadikan mahasiswa baru layaknya anak-anak yang dipaksa menurut. Melainkan sebuah proses aktualisasi diri agar setiap aktifitas yang mereka jalankan berangkat dari kesadaran dengan dilandasi iman kepada Allah Ta’aala.
“Semangat kepengasuhan ini tidak lain untuk menumbuhkan sikap kedewasaan bersikap. Sebab, sebagai mahasiswa, mereka tentu saja keberatan dipaksa-paksa. Mereka harus menyadari betul manfaat dan mudharat tentang apa yang mereka jalani, karena itu kedewasaan bersikap ini perlu dibangun melalui Ordik ini,” jelas Suheri.
Sebagai sebuah perguruan tinggi yang menerapkan sistem boarding atau berasrama, Suheri mengatakan STIE Hidayatullah memiliki seperangkat alat kontrol untuk memastikan kualitas peserta didik. Dalam pada itu, mahasiswa dituntut untuk mematuhi dan mentaati peraturan-peraturan yang ada tersebut.
“Kita ingin kepatuhan terhadap peraturan tersebut tidak semata-mata lahir karena tuntutan lingkungan atau karena mekanisme yang ada. Tetapi betul-betul ketaatan yang lahir karena sikap mental benar karena menyadari bahwa semuanya demi kebaikan dirinya,” pungkas Suheri yang juga instruktur nasional kepelatihan SAR ini.
Sekedar diketahui, Ordik (atau di kampus lain disebut Ospek) dengan seluruh rangkaian acaranya merupakan pembentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Dengan kata lain bahwa baik tidaknya kepribadian mahasiswa di sebuah perguruan tinggi sedikit banyak ditentukan oleh baik tidaknya pelaksanaan Ordik di perguruan tinggi tersebut.
Pada dasarnya, Ordik merupakan pintu ilmu bagi mahasiswa-mahasiswi. Pintu itu akan dibuka dan dicermati atau dipelajari secara saksama oleh mahasiswa-mahasiswi baru untuk memperdalam ilmunya.
Bila dari pintunya saja sudah buruk, maka pola pikirnya bisa saja terus menduga bahwa di dalam pintu akan sama buruknya. (ybh/hio)