Kisah Anak Desa Raih Beasiswa dan Harapan Besar di STIE Hidayatullah

Dari sebuah desa di Bengkulu, langkah Giri Novela Azali berangkat dengan sederhana, namun penuh harapan. Ia adalah anak desa yang dibesarkan oleh orang tua dengan ketulusan dan doa yang tak pernah putus.

Sejak awal, perjalanan hidupnya tidak menjanjikan kemudahan. Justru tantangan demi tantangan datang silih berganti, seolah menguji seberapa kuat keyakinan seorang anak kampung terhadap masa depannya sendiri. Namun Giri memilih satu sikap: tidak tumbang, karena ia percaya masa depan adalah ruang panjang untuk belajar terbang.

Tahun 2021 menjadi titik balik. Giri diantar langsung oleh ayahnya untuk meninjau pendidikan strata satu. Dengan izin Allah, langkah itu membawanya ke Jakarta, lalu ke Depok, menuju STIE Hidayatullah.

Ia diterima sebagai mahasiswa penerima beasiswa melalui program student housing. Bagi Giri, ini bukan sekadar bantuan pendidikan, tetapi pintu dakwah dan pembangunan diri yang terbuka lebar bagi mereka yang datang dari keterbatasan.

Hari-hari awal kuliah tidak selalu ramah. Keraguan sempat hadir, pertanyaan tentang kemampuan diri kerap menghampiri. Namun sifat pesimis ia singkirkan perlahan. Giri memilih menanamkan optimisme sebagai fondasi hidupnya. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah jalan dakwah yang paling sunyi namun berdampak panjang, membangun manusia dari dalam, lalu memantul ke masyarakat dan bangsa.

Empat tahun berlalu dengan proses yang tidak ringan. Giri menempuh pendidikan Manajemen di STIE Hidayatullah Depok, sembari menempa kepemimpinan dan kepekaan sosial. Ia tidak hanya menjadi mahasiswa, tetapi juga dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa.

Dari ruang-ruang diskusi, kegiatan organisasi, hingga kehidupan asrama, ia belajar bahwa dakwah bukan hanya tentang kata-kata, melainkan keteladanan, tanggung jawab, dan keberanian mengambil peran.

Di balik kebahagiaan akademik, ada luka yang tersimpan rapi. Giri diantar menjadi sarjana oleh seorang ayah yang luar biasa, namun sang ayah tidak sempat menyaksikan wisuda di dunia yang sama.

Ayahnya telah lebih dahulu berpulang. Dalam diam, Giri menjadikan gelar sarjana itu sebagai hadiah doa untuk almarhum ayahnya. “Ini bukan sekadar kelulusan,” batinnya, “tetapi amanah untuk menjadi manusia yang lebih baik.”

Tahun 2025, Giri Novela Azali resmi menjadi alumni STIE Hidayatullah. Ia membawa semangat anak desa yang ditempa oleh pendidikan, nilai keislaman, dan visi pembangunan. Ke depan, ia bercita-cita melanjutkan pendidikan ke jenjang magister dan doktoral, sebagai ikhtiar memperluas kontribusi bagi umat dan bangsa.

STIE Hidayatullah bukan hanya tempat belajar, tetapi ekosistem pembinaan. Melalui jaringan alumni, pembinaan karakter, dan bursa kerja yang dibuka bagi lulusannya, kampus ini menjadi jembatan antara dunia akademik dan dunia profesional.

Dari kampus inilah lahir lulusan yang tidak hanya siap bekerja, tetapi juga siap mengabdi. Kisah Giri adalah salah satu buktinya: bahwa dari desa, melalui STIE Hidayatullah, jalan pengabdian dapat dirajut dengan iman, ilmu, dan harapan. (nun/adm)

Bagikan:

Tags

mahasiswa

Related Post